Rabu, 03 Februari 2010

RUBAHLAH HASRATMU

Senyap mengendap bisukan kata,

Tapak-tangan keras lunglai

Merayap sulur jati memanjang kokohkan pohon

Memagari desa kuno pinggir kota

Kampung berhasrat menjadi kota membuat pasar

mini mool kecil di sudut kampung

Terkesan desa sudah tiada, semua desa sudah menjadi kota

Anak anak telanjang dada ke sawah mencari belut

Pemuda membawa cangkul ke sawah

Rombong di gendong sepeda

Semua menjadi langka

Anak anak membawa ukulele kejalan

Pemuda membawa gitar

ke perempatan jalan ngamen

Rombong naik sepeda motor

Sudah menjadi pemandangan baru desa menjadi kota

Api sudah menjadi bara

Walau tak nampak panas tetapi hati hati terbakar

Manusia sudah menjadi mesin mesin aturan

Hati nurani manusia sudah mulai menghilang

hampir semua aturan berjubah kerakusan

sehingga manusia itu menjadi mesin ketamakan

yang akan makan semuanya menjadi leyap

siapa yang bisa hentikan bara

ketamakan kerakusan rakyat ?

sedangkan kota berdiri atas kerakusan

aparatur negeri berdiri atas ketamakan

partai berdiri atas ketamakan

pemerintahan berdiri atas ketamakan

mari endapkan diri jadi bayi

tak banyak keinginan !

agar aturan menghiasi kebenaran

hingga nurani mengeriapkan kebenaran

JOGJA, MALIOBORO 13 OKTOBER 2003 JAM 11 MALAM

15 CM HAKIKAT KENIKMATAN TUBUHMU

Gerimis sore

Ku menepi di emperan TIM 21 yang panjang

Kulirik wanita cantik tinggi gemulai

Tingkahnya jenaka disamping lelaki gagah

Berbincang kisah hidup di negeri orang serasa wah ….

Dia yang cantik tinggi semampai

Dia yang gagah nan perkasa

Dia yang intelek

Hingga perjalanannya berlabuh di negeri orang

Sekalipun di negerinya penuh susu nan madu

Ingatlah sesungguhnya hakikatnya

Hanya tuk memenuhi

15 cm dari hakikat kenikmatan tubuhnya

15 cm lidahmu dengan seribu rasa macam kenikmatan makanan

15 cm sedalam dan sepanjang syawatmu

Selebihnya semua cuma mesin-mesin tubuh

berjalan tanpa nikmat rasa.

bila kau ingat ini

mengapa kau memakan daun muda

mengapa kau memakan motor

mengapa kau memakan mobil

mengapa kau memakan rumah rumah

mengapa kau memakan gedung-gedung,

mengapa kau memakan hutan-hutan

mengapa kau memakan uang negara……!

Pada hal cuma tuk memenuhi yang pendek ini.

Bila kau ingat ini

maka kau takkan jadi pemamah dunia

Kaukan menikmati segala keberadaan

dengan tanpa harus silau dunia

JAKARTA, TAMAN SUROPATI

24 DESEMBER 2008 jam 4 pagi

MAAFKAN DAKU

Maafkan daku langit

malam ini belum kuberikan sesaji dupa untukmu

Maafkan daku laut

pagi ini belum kuberikan sesaji bunga

Maafkan daku bumi

Siang ini belum ku berikan sedekah inthuk-inthuk

Maafkan daku klenteng

bulan ini belum kuberikan amplifayer agar suaramu

Menentramkan kota yang panas

Maafkan daku wihara

bulan ini belum kuberikan stupa

agar kesucianmu mengitari pemimpin negeri tetap suci

Maafkan daku masjid

bulan ini belum kuberi ac agar ustad dan santrimu

Tetap sejuk dingin dalam bineka

seperti saat sujud wukuf menepi ke padang arafah

Maafkan daku gereja

bulan ini belum kukirim malekat tuk menjagamu

Agar tidak ada yang mengusirmu saat berdoa

karena polisi tentara pun kalah menjagamu

Maafkan daku tentara polisi

aku hanya menghujatmu

mestinya aku menghomatimu

Maafkan daku presiden

aku hanya mencela

mestinya aku memberi wahyu

Maafkan daku koruptor

aku belum menggajimu layak

sehingga kau dipenjara

Maafkan daku rakyat jelata

Kau selalu di gusur miskin dan keterbelakang

Mestinya engkau menjadi kaya

Duduk di meja ini

karena aku kaya engkau yang memilihku

maaaaaaaaaaafkan maaaaaaaaaaaafkan daku

TANGERANG, TANJUNG PASIR AGUSTUS 2006