Minggu, 14 November 2010
LAMUNAN
masih tinggi lamunan
sedalam dalam ikan berenang
kedasar palung palung lautan
masih dalam lamunan
lihatlah bangunan megah
lihatlah internet bertannyalah
apa aja ada disitu
itu semua karena lamunan positip
barangsiapa menggunakan lamunan positip
dia tak pernah mengecewakan
barangsiapa mengisi lamunan hampa
maka matilah dia bersama kehidupannya
Semarang 20 Mei 2008 jam 22.00
NEGERI SAKIT
tapi…. seperti di alam maya
negeri sakit ;
yang waras dianggap gila
yang gila di elu-elukan
siapa yang masih sehat
guru, aparat, hakim, jaksa,
penari, penyanyi, penyair….
ah… semua mungkin sudah gila
waktu yang ada tak lagi pasti..
berjalanpun selalu gontai..
tanda arahpun tak selalu ketujuan
jadi siapa lagi yang benar ?
akupun…tak
engkaupun…tak
oh …ya yang pasti
bisik lembut angin pemandu
Negeri sakit
Kamis, 08 April 2010
MAAFKAN DAKU
malam ini belum kuberikan sesaji dupa untukmu
Maafkan daku laut
pagi ini belum kuberikan sesaji bunga
Maafkan daku bumi
Siang ini belum ku berikan sedekah inthuk-inthuk
Maafkan daku klenteng
bulan ini belum kuberikan amplifayer agar suaramu
Menentramkan kota yang panas
Maafkan daku wihara
bulan ini belum kuberikan stupa
agar kesucianmu mengitari pemimpin negeri tetap suci
Maafkan daku masjid
bulan ini belum kuberi ac agar ustad dan santrimu
Tetap sejuk dingin dalam bineka
seperti saat sujud wukuf menepi ke padang arafah
Maafkan daku gereja
bulan ini belum kukirim malekat tuk menjagamu
Agar tidak ada yang mengusirmu saat berdoa
karena polisi tentara pun kalah menjagamu
Maafkan daku tentara polisi
aku hanya menghujatmu mestinya aku menghomatimu
Maafkan daku presiden
aku hanya mencela mestinya aku memberi wahyu
Maafkan daku koruptor
aku belum menggajimu layak sehingga kau dipenjara
Maafkan daku rakyat jelata
Kau selalu di gusur miskin dan keterbelakang
Mestinya engkau menjadi kaya
Duduk di meja ini
karena aku kaya engkau yang memilihku
maaaaaaaaaaafkan maaaaaaaaaaaafkan daku
TANGERANG, TANJUNG PASIR AGUSTUS 2006
RUBAHLAH HASRATMU
Tapak-tangan keras lunglai
Merayap sulur jati memanjang kokohkan pohon
Memagari desa kuno pinggir kota
Kampung berhasrat menjadi kota membuat pasar
mini mool kecil di sudut kampung
Terkesan desa sudah tiada,
semua desa sudah menjadi kota
Anak anak telanjang dada
ke sawah mencari belut
Pemuda membawa cangkul ke sawah
Rombong di gendong sepeda
Semua menjadi langka
Anak anak membawa ukulele kejalan
Pemuda membawa gitar ke perempatan jalan ngamen
Rombong naik sepeda motor
Sudah menjadi pemandangan baru desa menjadi kota
Api sudah menjadi bara
Walau tak nampak panas tetapi hati hati terbakar
Manusia sudah menjadi mesin mesin aturan
Hati nurani manusia sudah mulai menghilang
hampir semua aturan berjubah kerakusan
sehingga manusia itu menjadi mesin ketamakan
yang akan makan semuanya menjadi leyap
siapa bisa
hentikan bara ketamakan kerakusan rakyat ?
sedangkan kota berdiri atas kerakusan
aparatur negeri berdiri atas ketamakan
partai berdiri atas ketamakan
pemerintahan berdiri atas ketamakan
mari endapkan diri menjadi bayi,
yang tak banyak keinginan !
agar aturan menghiasi kebenaran
sehingga nurani mengeriapkan kebenaran
JOGJA, MALIOBORO 13 OKTOBER 2003 JAM 11 MALAM
SENJA DI BENTENG VREEDEBURG
Jutaan burung sriti kelelawar terbang kitari
Benteng Vreedeburg alun-alun kraton Jogja
Kadang kelelahan arungi kota
Burung-burung sriti kelelawar sandar sejenak
Di pohon istana presiden
Saat sriti kelelawar berterbangan
Mereka berebut serangga dilangit senja
Tak ada satupun yang tabrakan
Tak ada satupun yang tengkar
Sriti kelelawar binatang tak beragama
Tetapi berhati saling mencinta mengasihi
Saat pandang manusia aku muak
Sejenak kurenung
Apakah artinya bermartabat ?
Apakah artinya berTuhan bila tak berbelaskasih ?
Sedang burung berkapala anjing si kelelawar
Selalu berkasih sayang dengan sriti
Mengapa kita berTuhan bermartabat jadi beda
Bukankah Tuhan yang sama buat kita, sriti dan
Si anjing bersayap terbang arungi negeri ?
Sriti kelelawar henti di pohon presiden
Hidup penuh damai lepas sauh
Biarlah kita henti di rumah Tuhan
Taat pimpinan bijak nikmat sejuk terasa
Agar negeri merekah dibalik senja.....
BENTENG VREDEBURG JOGJA 13 OKTOBER 2008 JAM 6 SORE
RAJAKU
Pawai arak berjajar iringi datangmu
Kau pemimpinku
Tempik sorak lihat perangaimu
Diatas langit dengan bulan purnama dan bintang kejora
Janjimu kupegang menanti jawab
Dengarlah arus debu, jangan cuma pembisikmu
Kehadiranmu tak mesti usir aku
Dengan letih hari sesuap nasi kureguk disini
Terimalah adanya aku walau bau busuk sengatmu
Bising suaraku membuat letih
Ingatlah…..
Siapa tau bau dan bising titipan Ilahi
Agar kau sempurna
Kereta negeri berjalan maju
Pelupuk mata petani tatapmu
Bisakah kau juga pangku petani
Sebelum kau pesta
Sebelum kau tulis pena
kau beli, kau telan keringatnya
Akal bijakmu pelita kami
Sekuku hitam langkah yang kau buat tuk debumu
Segunung emas terasa
Semoga jernih, teduh, damai iringimu
Pemimpin negeri yang kunanti…..!
JKT, TAMAN SUROPATI
7 SEPTEMBER 2007 JAM 8 MLM
PENGEMIS REPUBLIK
kutemui pengemis
Pengemis ini tak minta makan
Tak minta roti tak minta daging
Dijalan jalan
kutemui pengemis
Pengemis ini tak minta susu
Tak minta uang tak minta harta
Dijalan jalan kutemui pengemis
Pengemis pinta kembalikan hak nya
Tak kusangka rupanya pengemis masih punya hak
Katanya
Jangan lindungi aku orang orang miskin
Jangan lindungi peluru berdesing
Jangan lindungi aku konglomerat
Jangan lindungi aku aparatur negeri
Tapi
Lindungi kembalikan garudaku
Agar
Tetap kepakan sayapnya
Lindungi suku suku
Bahasa bahasa
Pulau pulau Indonesia raya
Lindungi kembalikan Pancasila uud 1945
Agar
Aku orang miskin, peluru berdesing,
konglomerat, aparatur negeri
dan pulau kepulau nusantara terjaga
Air terlimpah, subur negriku, kaya tambangku
Jadi milik anak cucu Indonesia raya
JKT, GEDUNG JUANG 6 AGUSTUS 2007 JAM 3 SORE
SUNGSANG
Ingat….
dapat sebabkan sungai dangkal
Dan akirnya banjir….
Tetapi perlu diingat….
Banyak orang pinggiran….
Anak-anak miskin girang…
Ketika temukan boneka….
Mobil-mobilan yang mengalir disungai
Dan mereka makan
dari tiap sampah plastik….
Yang mengalir dari si kaya ….
Yang membuang sampah di sungai
Banyak orang miskin bahagia
Ketika air meluap
Sampah jadi banyak…
Itulah rejeki mereka
Ya begitulah sungsung
Hukum terbalik dengan kenyataan
Rejeki kegirangan,
yang mengalir secara alami
Banjir rejeki & banjir bandang
jadi satu.
JKT. S CILIWUNG BELAKANG STA KARET
10 NOPEMBER 2005 JAM 4 SORE
MERAH PUTIH SETENGAH TIANG
tetesan airmata disana sini…..
Kudengar pula disana sini,
janji dari petinggi….
Semua bawa kemajuaan
Tetapi mengapa….
Hanya
begini aja ujung-ujung ceritanya
Bantuan duka…..
Dimana-mana……
Tetapi kayaknya hanya sebatas mimpi….
Disudut aku duduk dengan
kawan-kawanku yang menangis,
terkena gempa bumi, banjir, lumpur lapindo,
Kebakaran, kemiskinan…….
Katanya
negriku merah,
Merah air mata…….
Tertumpah airmatapun tak rubah,
Putih hatiku menanti ridhau kebenaran
Mana janjimu……
Yang kunanti…
Tak cukup kata, menuntut bukti….!
Semoga hatimu tetap putih …
jadi jawaban kami…
JAKARTA, WISMA KYOEI PRINCE
3 NOPEMBER 2006 JAM 12 MALAM
BELAJAR DENGAN TANDA ALAM
Saat ini
aku rasa tak berguna
Semua berjalan tak ada memori
Dulu waktuku selalu ditulis orang
hariku sangat berguna diingat orang
Kulihat orang sekarang
Tak ada yang mengukir menulis waktu ku
Yang baik dan yang buruk………
Hidup orang semua
hanya asal berjalan,
hidup tanpa memori,
hidup tanpa irama,
hidup tanpa renungan
Sesungguhnya hidup manusia dalam bencana
Mudah dibentuk dalam alam yang borok,
tanpa jatidiri, mungkin ini zaman akhir….
Banyak orang lupa diri
Yang tua ingin berjiwa selalu muda
Yang muda merasa dewasa
Yang laki seperti perempuan
Yang perempuan seperti laki
Dunia mawut tanpa arah
Kata bulan pada hari
Aku merasa penat,
rangkum hidup ku tak jelas
Kini kusari aku tak berbobot,
semua yang ada cuma bawa luka
Bom banjir gempa bumi
kapal tenggelam
pesawat terbang jatuh
kereta masuk jurang
jembatan roboh lumpur lapindo
huru hara sini sana
bunuh membunuh siksa-menyiksa
semua membawa korban jiwa tak sedikit
tanpa merasa ada yang bersalah
Kapan bulanku
seperti bulan dilangit
Yang kurindu
bulanku seperti bulan dilangit
purnama sepanjang hari
JKT. BUNDARAN HI
17 JANUARI 2006 JAM 5 PAGI
MERAH PUTIH
tiap insan Indonesia mengaku
Bendera kita merah putih
Tak dapat dibuang dilubuk hati,walau ajal menjelang
Pluru berdesing, intimidasi menakutkan
Tetap terucap merah putih merah putih benderaku…!
Pejuang memegang amanah ini
Rentang waktu merdeka
Terukur negeri makmur celana tak karung lagi
Kata pejuang dulu terlupakan
Merah putih cuma dimulut
Merah berani putihpun pudar kelabu
Merah berani putihpun pudar hitam
Merah hitam bendera pecundang
Merah berani jual aset negeri
Merah berani korupsi menjadi
Merah berani jual hargadiri anak negeri
Anak-anak dara negeri jadi pembantu,
Pelacur di negeri orang,
Dimana harga diri merah putihmu lagi ?
Dimana gelegar suaramu, gaungmu merah putih
Benderaku benderaku benderaku…!
Luruh tergeletak tertindas zaman
Kusayang padamu anak-anak negeri
Mari bangkit …!
Mari bangkit…!
Satukan suara lagi
Merah putihku….! Merah putihku…!
Merah putihku….! Merah putihku…!
Sekalipun awalnya kelu, sumbang
Lama-lama merah putih kembali bertahta
Dihati dan dibibir
merah…putih….benderaku…!
JKT, TAMAN SUROPATI 6 AGUSTUS 2007 JAM 11 MALAM
INDONESIA RAYAAN
lagu pujaanku
Tiap medali emas direngkuh
Dari keringat nan disiplin
Dari hari kehari Dari minggu keminggu
Dari waktu ke waktu
Terpatri …
Dalam sumsum jiwaku indonesia rayaku
Tak rela…
Bila negeri harus tercabik, tercerai
Terpisah
satu desapun jadi merah darahku
Meradang hati mengoyak jiwa…
Tangis meraung ibu pertiwiku
Dia berduka…
Tak ada
satupun yang bisa menghibur lara
Ratapan
tempat-tempat terkoyak Timor-Timur
Sidoarjo beberapa desa dimakan lumpur lapindo
dengarlah
raungan jiwa-jiwa Indonesia Raya
Indonesia rayaan aset
Indonesia rayaan tender
Indonesia
rayaan lahan lahan
Kemana lari rayaan mereka ?
Bisakan kenyangkan perut rakyat pertiwi ?
Atau
kau jual negeriku ke negeri asing
dengan dalih
demi kesejahteraan rakyat
Kau hisap darah pertiwi….!
Kau bunyikan genderang perang
Kau bangunkan tidurku panjang
Sekali kubangun
tak kan terlelap sedetikpun…!
Sampai jarahan-jarahan itu
kembali pada negeriku
Indonesia raya…
Indonesia raya…
Indonesia raya…
JKT, GEDUNG JUANG 6 AGUSTUS 2007 JAM 2 SIANG
Kamis, 01 April 2010
PERJALANAN
Laju kota, tak selalu jiwa maju….
Makmur kota, tak selalu makmur jiwa…
Kutemui
pengemis kecil dimakan kota…
Tanyaku
Apa bapak mu tak kasih kamu makan,
Dan uang jajan pada mu ?
Jawab
pengemis kecil
Makan kuterima,
Uang saku diberi sehari 3000 rupiah
Mengemis
sehari dapat 25 ribu rupiah
5 ribu tuk adik, 10 ribu tuk ayah dan ibu
10 ribu untuk aku,
Makanya untuk apa dirumah ?
Benakku
kuingin tetap kota menjadi desa
Lalu
anak kecil punya aklak,
Makmur jiwanya dan
puncak perjalananya
Anak memakan kota kota
JAKARTA, TAMAN ISMAIL MARZUKI
24 AGUSTUS 2007 JAM 2 PAGI
SKETSA 500 TAHUN JAKARTA
Tlah tiba ….
481 masa Jakarta
Akankah genap 500 masa bersulang kawan ?
Bila..
moment 1000 gedung setara taman anggrek
Bergelayut…
bercokol…
bertumpu menindih…
lempeng tanah cincin cincin zamrut kotaku lagi…
mampukah kau tanggung zarat ini
hai lempeng tanah…!
Teriaklah…!
Sebelum kau bicara ratakan ratapkan kota kami
Oh… JAKARTA
kemajuan kemegahan & semarakmu
Selalu ada yang sumbang…!
Wakil rakyat selalu ada saja yang tidur diwaktu pleno
Tapi…
tak apalah mungkin semalam
baru ada pleno raksasa
bikin rakyat kaya damai sejahtera 1000 masa
mobil motor kereta bersliweran
di kisi kisi kota
pengemis glandangan bertaburan
klakson mobil motor berdentang
merayap…
macet..
untung masih ada yang merayap..
19 masa lagi genap 500 masa Jakarta
Semua terhenti…
tak ada yang jalan…
tak ada yang gerak…
tak ada jejak…!
Kawan …
ayoo cari dilorong…
digedung..
temukan dia
Pemimpin arif bijaksana,
dudukkan dia di singgahsana
Agar rakyat dan jakarta tidak binasa….
Hingga di tahun 500 masa….
Jakarta masih bersulang lagi
Tidak hanya tinggal kenangan….!
MONAS, JAKARTA 20 JUNI 2008 JAM 5 PAGI
TANGISAN MALAM
Kulintasi pasir pantai di ujung tak bermata
Semakin jauh telinga senyap
Hanya debur gelora ombak
Kadang menggelegar, kepyar, lembut, dan senyap
Dibatas pergantian senyap mulahilah nuansa asing
Suara tangisan malam………
Mengapa malam begini ada raungan….
Mata ku pejam
makin keras tangis lampaui gelegar ombak
Angin malam tusuk jiwa
Tak ada orang tak ada setan terperangkap
Rupanya pasir terbuai badai alas tangisan
Pasir-pasir terpaksa pindah kenegeri orang
Pasir-pasir menangis karena
Laut tak hasilkan ikan untuknya
Tanah tak hasilkan padi untuknya
Tambang tak hasilkan minyak untuknya
Gedung tak jadi tempat berpijak untuknya
makin keras raungannya
Ketika pasir pasir itu dicumbui badai kota
Manix-manix, harta uang lenyap
Pasir tinggal telanjang dandani solek pantai
Berhias bibir, tertawa basi…..
Siapa mau tolong
Pasir mati jiwa malam itu ……
Adakah malaikat terpikat turun ?
Adakah partai peduli ?
Adakah pembesar telanjang bersimpuh abu tangis ?
Rupanya teman pasir hanyalah
riak ombak dan angin malam bisu dan tuli……
PARANGTRITIS 1 JANUARI 2008 JAM 8 PAGI
KEBANGKITAN NASIONAL
Tak kan bangunkanku dari tidurku
Tangisan anak-anak kecil glandangan
Beberapa dusun sidoarjo tenggelam lumpur lapindo
Membuatku bangun dan tak bisa tidur…..!
Negeri pertiwi merah putih meraung-raung
Segunung sampah
Dengan seribu lalat aku tak jijik
Seorang koruptor,
Seorang bandar narkoba,
Seorang penjual gadis jadi pelacur membuatku bau ayir
Negeri pertiwi merah putih meraung-raung
Seribu kecoa
Berbaris dipiring tetap kulahap makan
Suap menyuap
Pengemis berseragam berdasi bersepatu
Dijalan dikantor membuatku tak lahap makan
Dengan apa kunasehati mereka ?
Dengan sejuta semut aku tertegun
Mereka gotong royong cari makan
Membagi dengan adil semua kenyang
Dengan serumpun katak aku tertegun
Mereka cari makan sambil bernyanyi
Menyanyi bersendau-gurau,
tak ada permusuhan
Semoga katak dan semut jadi wajah negeriku
Hidup rukun kenyang bersama
JKT, TAMAN SUROPATI 8 AGUSTUS 2007 JAM 2 PAGI
Rabu, 03 Februari 2010
RUBAHLAH HASRATMU
Senyap mengendap bisukan kata,
Tapak-tangan keras lunglai
Merayap sulur jati memanjang kokohkan pohon
Memagari desa kuno pinggir
Kampung berhasrat menjadi
mini mool kecil di sudut kampung
Terkesan desa sudah tiada, semua desa sudah menjadi
Anak anak telanjang dada ke sawah mencari belut
Pemuda membawa cangkul ke sawah
Rombong di gendong sepeda
Semua menjadi langka
Anak anak membawa ukulele kejalan
Pemuda membawa gitar
ke perempatan jalan ngamen
Rombong naik sepeda motor
Sudah menjadi pemandangan baru desa menjadi
Api sudah menjadi bara
Walau tak nampak panas tetapi hati hati terbakar
Manusia sudah menjadi mesin mesin aturan
Hati nurani manusia sudah mulai menghilang
hampir semua aturan berjubah kerakusan
sehingga manusia itu menjadi mesin ketamakan
yang akan makan semuanya menjadi leyap
siapa yang bisa hentikan bara
ketamakan kerakusan rakyat ?
sedangkan
aparatur negeri berdiri atas ketamakan
partai berdiri atas ketamakan
pemerintahan berdiri atas ketamakan
mari endapkan diri jadi bayi
tak banyak keinginan !
agar aturan menghiasi kebenaran
hingga nurani mengeriapkan kebenaran
JOGJA, MALIOBORO 13 OKTOBER 2003 JAM 11 MALAM
15 CM HAKIKAT KENIKMATAN TUBUHMU
Gerimis sore
Ku menepi di emperan TIM 21 yang panjang
Kulirik wanita cantik tinggi gemulai
Tingkahnya jenaka disamping lelaki gagah
Berbincang kisah hidup di negeri orang serasa wah ….
Dia yang cantik tinggi semampai
Dia yang gagah nan perkasa
Dia yang intelek
Hingga perjalanannya berlabuh di negeri orang
Sekalipun di negerinya penuh susu nan madu
Ingatlah sesungguhnya hakikatnya
Hanya tuk memenuhi
15 cm dari hakikat kenikmatan tubuhnya
15 cm lidahmu dengan seribu rasa macam kenikmatan makanan
15 cm sedalam dan sepanjang syawatmu
Selebihnya semua cuma mesin-mesin tubuh
berjalan tanpa nikmat rasa.
bila kau ingat ini
mengapa kau memakan daun muda
mengapa kau memakan motor
mengapa kau memakan mobil
mengapa kau memakan rumah rumah
mengapa kau memakan gedung-gedung,
mengapa kau memakan hutan-hutan
mengapa kau memakan uang negara……!
Pada hal cuma tuk memenuhi yang pendek ini.
Bila kau ingat ini
maka kau takkan jadi pemamah dunia
Kaukan menikmati segala keberadaan
dengan tanpa harus silau dunia
JAKARTA, TAMAN SUROPATI
24 DESEMBER 2008 jam 4 pagi
MAAFKAN DAKU
Maafkan daku langit
malam ini belum kuberikan sesaji dupa untukmu
Maafkan daku laut
pagi ini belum kuberikan sesaji bunga
Maafkan daku bumi
Siang ini belum ku berikan sedekah inthuk-inthuk
Maafkan daku klenteng
bulan ini belum kuberikan amplifayer agar suaramu
Menentramkan kota yang panas
Maafkan daku wihara
bulan ini belum kuberikan stupa
agar kesucianmu mengitari pemimpin negeri tetap suci
Maafkan daku masjid
bulan ini belum kuberi ac agar ustad dan santrimu
Tetap sejuk dingin dalam bineka
seperti saat sujud wukuf menepi ke padang arafah
Maafkan daku gereja
bulan ini belum kukirim malekat tuk menjagamu
Agar tidak ada yang mengusirmu saat berdoa
karena polisi tentara pun kalah menjagamu
Maafkan daku tentara polisi
aku hanya menghujatmu
mestinya aku menghomatimu
Maafkan daku presiden
aku hanya mencela
mestinya aku memberi wahyu
Maafkan daku koruptor
aku belum menggajimu layak
sehingga kau dipenjara
Maafkan daku rakyat jelata
Kau selalu di gusur miskin dan keterbelakang
Mestinya engkau menjadi kaya
Duduk di meja ini
karena aku kaya engkau yang memilihku
maaaaaaaaaaafkan maaaaaaaaaaaafkan daku
TANGERANG, TANJUNG PASIR AGUSTUS 2006
Jumat, 29 Januari 2010
SAJAK BULAN PURNAMA
menggema dari bocah-bocah Gunung Bromoa
Lari cari persembunyian permainan
Pangkur macopat gending jawa melantun mangayu-ayu
Penyembahan Dewata tak putus sampai larut
Semua keinginan dilempar ke Gunung Tua
Merenda waktu penuh asa
Dari lereng …Dari embun… Dari cadas… Dari ngarai
Dinanti selalu pelepah doa yang terlepas
Asa menggigit menanti jawab
Kian tak sabar meronta hati kian berharap
Langkah hari ke minggu
Minggu ke bulan penantian purnama baru
Kembali sesaji, komat kamit menggema keangkasa raya
Diatas awan seperti desau ombak laut luas
Gemuruh peratap pendoa sampai ke Bulan
Sorot Bulan tembus ilalang di puncak
Langit begitu dekat Bulan
Bulan begitu rapat dengan ilalang lelah
Bulan menerangi
Ilalang-ilalang penuh cahya bulan seribu di puncak
Purnama bulan muncul
sepanjang hari baik malam maupun siang
Purnama bulan berubah dalam laku kasih
Seribu ilalang hitam datang kelangit
Bawa sejuta anak dan istri pandang Bulan
Negeriku bagai padang hijau nan subur
Warna-warni bunga di Pasuruhan
mengundang kumbangmengecup madu
hingga sentosa di Gunung Tua
PASURUAN, GUNUNG BROMO 4 SEPTEMBER 2007 jam 7 pagi